“Ide membuka usaha kuliner ini karena saya melihat usaha kuliner tak akan pernah mati. Saya melihat bidang kuliner ini prospeknya bagus dan cerah. Apalagi penduduk semakin bertambah terus dan ekonomi sekarang sudah banyak yang bagus. Perekonomian sudah jauh lebih baik. Makanya saya melirik kuliner yang belum pernah dibuat oleh orang lain ” ujar anak ke enam dari 7 orang bersaudara ini,” diantara keluarga saya cuma sayalah yang mengalami cacat pysik.
Nama Rania diambil Budi dari nama anak tunggalnya Veronica Rania. Ratu Rania ini adalah nama Ratu Yordania. Sebelum berkecimpung di dunia kuliner. Budi sudah malang melintang buka usaha. Mulai dari usaha panglong di Kota Pinang tahun 96’ namun karena gagal dia lalu berganti bisnis peredam Mobil yang dilakoni sampai saat ini.
Kini Budi membuka toko oleh-oleh yang berlokasi di Jl Gajah Mada Medan persis di depan toko Bika Ambon Zulaika. Banyaknya kuliner yang ada di Indonesia dengan berbagai macam jenis sebanyak itu pulalah orang ingin mencoba kuliner yang baru. Toko oleh-oleh Rania dibuka 17 November tahun lalu. “Hari itu bertepatan dengan Hari Ultah anak tunggal saya,”ujar Ketua Koperasi Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPC).
Di toko oleh-oleh Rania pula para Kubepenca ( Kumpulan Usaha Bersama Penyandang Cacat) ini menitipkan kuliner kreasi para penyandang cacat pysik. “ Di toko ini banyak kuliner dari penyandang cacat dengan produk-produk UKM. Seperti keripik, ada penyandang cacat yang berkolaborasi membuat keriripik. Keripik mereka yakni keripik nenas, bayam, nangka, sirop, kopi, kacang Sihobok hingga pernik pernik saringan dan penghancur biji kopi. Untuk Keripik mereka bahkan sudah masuk ke Carrepour,” ujar Budi menjelaskan dia selalu memberi kesempatan buat penyandang cacat untuk mau bergabung di PPC.
Dari sekian banyak kuliner yang ditawarkan di toko Budi. Namun, kue-kue dan puding buatan Budi yang unik karena semuanya berbahan dasar Durian. Mulai dari kue sus, puding, brownies, bika ambon dan lain-lain semua berbahan dasar durian. “ Sebab durian adalah buah yang khas di Medan, Sumatera Utara. Buah durian dari sini memang beda dengan durian dari kota-kota lain.”
“Kue sus rasa durian dalam satu kotak yang isinya 8 sus saya patok dengan harga Rp 24 ribu. Kalau puding satu kotak isinya 7 puding harganya Rp 21 ribu. Ada lagi bika ambon dan brownies rasa durian Biasanya kue sus dan puding ini banyak dipesan orang untuk acara seminar, Ultah, perkawinan dan lain-lain. Sejak dibuka toko ini ternyata banyak peminatnya lho. Pembeli sih banyak bilang rasa kue dan pudding buatan saya terasa sekali duriannya.“
Bagaimana sih bagi seorang Budi untuk mengolah kue-kue ini ?. Ya, tentu saja sedikit rumit. Tapi, untuk menyiapkan bahan bakunya tidak bisa secara praktis dan terpaksa Budi harus minta bantuan anggota. Namun, setelah bahan-bahan tersaji di depan mata dengan cekatan Budi mengolah bahan baku menjadi kue dan puding
Pukul 06.00 wib Budi sudah langsung ‘masuk’ dapur. Untuk belanja bahan baku biasanya diambil alih oleh istrinya Melin (35) dan karyawannya. “Untuk kondisi fisik memang agak kesulitan karena kaki saya ini cacat. Untuk bergerak bebas susah. Namun, karena semangat semua itu bisa mengalahkan kesulitannya,” ujar Budi menjelaskan tokonya setiap hari buka sejak pukul 07.00 wib hingga 22.00 wib.
Menurut Budi, sejak dulu ortunya selalu mengajarkan anak-anaknya terutama dirinya walau pun dirinya cacat. ” Ibu selalu berpesan pada saya jangan mau tergantung dengan orang lain. Sejak kecil saya sudah mencuci baju sendiri, sepatu sekolah dan jika mau makan ambil sendiri. Ibu saya dulunya keras mendidik anak-anaknya. Kami tak boleh manja, terutama saya yang cacat pysik begini. Makanya, sampai sekarang saya tak pernah minder. Karena itulah pengajaran ortu.”
“ Sebenarnya tak ada bedanya saya dengan yang normal. Paling saya tak bisa lari. Dengan pysik saya ini tentunya saya agak sulit mengangkat benda-benda yang berat. Tapi, saya jamin, cara berpikir kita semua sama. Prinsip hidup seperti itulah yang membuat saya jadi termotivasi,” ujar Budi mengaku sejak usia 7 tahun dia baru bisa berjalan,” sebelumnya saya hanya merangkak saja.”
Waktu Budi kecil dia sering diejek karena kakinya cacat. “ saya selalu diejek pincang. Tapi syukurlah saat itu saya tak minder. Dan, lama kelamaan saya terus berjuang mengatasi cacat saya ini. Lama-lama orang mulai tak mengejek saya lagi,” aku Budiman mengaku sejak lahir kedua kakinya mengecil,” sewaktu diperiksa ke dokter tidak ada masalah jadi saya cacat bawaan lahir.”
Menurut Budi, diantara keluarganya cuma dia saja yang mengalami cacat pysik. "Tapi saya harus menerima kenyataan ini. Kalau saya ulet dan rajin dalam berbisnis dan ada keyakinan saya yakin saya bisa berhasil. Kalau kita yakin sukses ya tentunya kita harus berusaha dong,” ujar Budi terkekeh.
Untuk usaha di bidang kuliner, kata Budi, dia harus memerhatikan kebersihan. “Usaha kita harus higienis. Kebersihan itu yang nomor satu. Filosopi berdagang juga menurut saya harus ramah, enak itu yang paling utama dan harganya terjangkau. Dan,kita harus mengambil filosopi tamu adalah raja.”
Membuka toko oleh-oleh Rania juga tak lain tak bkan bagi Budi karena ingin benar-benar menyuguhkan khas Medan yang komplit. “Saya yakin ini semua home made. Kedepannya saya juga akan menjual kaos atau T-shirt khas medan,” tutup Budi.
(Debbi Safinaz/Tabloid Nova)
BATIK KAOS KEDIRI TENUN IKAT JERSEY
Info Selengkapnya...