Prevalensi keganasan di berbagai rumah sakit di Indonesia sekitar 2,6-3,6 persen. Kanker tiroid merupakan penyakit keganasan yang kerap ditemukan pada sistem endokrin.
Ketua Kelompok Studi Tiroid Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof Johan S Masjhur mengatakan, sangat jarang kanker tiroid mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid yang berlebihan, sehingga sering tidak disadari karena tidak mengganggu.
“Kelenjar pada tiroid ini menyebabkan pertumbuhan nodul atau benjolan seperti sebesar kelereng yang tidak menimbulkan nyeri. Benjolan yang tumbuh sebagai nodul pada kelenjar tiroid umumnya jinak dan dapat disembuhkan,” ujar Prof Johan saat menjadi pembicara dalam seminar kesehatan di Jakarta, Selasa (17/7).
Untuk mengetahui gejalanya, kita perlu meraba daerah leher, yakni jakun (adam’s apple) pada pria. Perlu diwaspadai jika terdapat benjolan di leher yang ditandai rasa nyeri pada saat diraba.
Kanker tiroid merupakan suatu keganasan pada kelenjar tiroid (gondok) atau nodul yang ada di bagian leher dan memiliki empat tipe, yaitu papiler, folikuler, anaplastik atau meduler.
Pasalnya, benjolan pada kelenjar gondok akan ikut bergerak menelan pada saat kita menelan air liur. Selain itu, disertai suara serak, karena nodul yang tumbuh agak menekan ke dalam tenggorokan sehingga kualitas suara menjadi agak serak.
“Sekitar 10-20 persen pasien yang berobat di klinik endokrin merupakan pasien dengan kelainan tiroid. Sebesar 5-10 persen dari kasus tersebut bersifat ganas dan penyebabnya belum jelas diketahui,” ungkapnya.
Sementara daerah yang kaya yodium seperti Islandia umumnya tipe papiler lebih menonjol. Golongan umur terutama pada usia 7-20 tahun dan 40-65 tahun, di mana wanita lebih sering kena daripada pria, yaitu 3:1.
Namun, ada beberapa faktor risiko atau penyebab yang bisa memicu kanker tiroid, di antaranya pengaruh diet dan lingkungan, hormon seks, paparan radiasi terhadap kelenjar tiroid pada masa kanak-kanak, umur, perempuan, serta riwayat keluarga.
Pria yang berusia di atas 50-60 tahun, kata Prof Johan, angka keganasannya lebih tinggi karena adanya stimulasi hormon tiroid (Thyroid Stimulating Hormone/TSH)-nya berbeda.
“Kita harus mewaspadai terjadinya keganasan pada nodul tiroid apabila sifatnya padat, keras dan isinya bukan cairan (kistik), jumlahnya hanya satu dan tiba-tiba mengalami pertumbuhan yang cepat,” kata Prof Johan.
“Perempuan lebih rentan terkena kanker tiroid dibandingkan laki-laki. Kemungkinan besar disebabkan hormon perempuan yang lebih fluktuatif dibandingkan pria,” jelasnya.
Sekalipun begitu, katanya, kanker tiroid tidak perlu ditakuti karena progresivitasnya yang lambat dan tingkat kesembuhannya tinggi.
(RMOL)
Info Selengkapnya...