Sehari sebelumnya, Dik menyebar informasi lewat SMS bahwa dirinya akan melakukan klarifikasi soal poligami setelah acara tersebut.
Tapi rupanya undangan jumpa pers itu hanyalah cara Dik untuk membuat wartawan menyaksikan khotbah yang sudah dia rancang sedemikian rupa. Di hadapan ratusan siswa serta guru Madrasah yang jadi peserta pesantren Ramadhan, Dik ‘memuaskan’ dirinya untuk menasehati dan mengkritik wartawan dengan suara berapi-api.
“Tolong perhatikan momen ini, karena ini momen penting, karena tidak ada tanya jawab,” kata Dik, seolah mengingatkan para juru kamera untuk terus merekam gambar.
“Kenapa kamu tertarik dengan kemesraanku. Selama empat hari ini aku digunjingkan. Di bulan puasa yang suci aku digunjingkan. Siang dan malam aku diminta untuk bicara,” ketusnya.
“Aku ingatkan buat media, jangankan fitnah, ghibah saja itu dosa. Kalau ada mayat yang busuk diangkat ke permukaan, Rasulullah sampai tidak sanggup mencium baunya.”
Setelah puas berbicara, Dik mengajak anak-anak didiknya bertepuk tangan untuk para wartawan.
“Tepuk tangan, bacakan Al-Fatihah buat infotainment, supaya keluarga mereka jadi keluarga sakinah, reporternya kaya hati, kaya harta, menjadi hamba Allah yang baik,” ucapnya memimpin doa.
(RMOL)
Info Selengkapnya...