Survei yang dilakukan Global Adult Tobacco Surbey (GATS) tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat pertama untuk prevalensi perokok aktif tertinggi di 16 negera berkembang. Jumlah perokok laki-laki 67 persen dan perokok perempuan 2,7 persen. Pada tahun 2005 jumlahnya 53,4 persen perokok laki-laki di Indonesia. Jumlah rata-rata perokok dewasa di Indonesia 36,1 persen, yakni rokok kretek 31,5 persen atau 54,3 juta orang dewasa.
Bandingkan dengan jumlah perokok di negara lain yang juga disurvei. Di Filipina (2009) jumlah perokok laki-laki 47,7 persen , wanita 9,0 persen; Thailand (2009) laki-laki 45, 6 persen dan wanita 3,1 persen; Vietnam (2010) laki-laki 47,4 persen laki-laki dan 1,4 wanita. Akibat merokok itu terdapat 6 juta kematian per tahun dan 80 persen kasusnya terjadi di negara berkembang.
“Angka ini menunjukan kita gagal melindungi rakyat karena jumlah perokok bertambah banyak. Harus malu terhadap rakyat karena sudah dikalahkan oleh industri rokok,” ujar Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi SpA MPH saat meluncurkan GATS di kantor Kementerian Kesehatan RI, Selasa (11/9).
Menkes menjelaskan, selain jumlah perokok yang semakin meningkat, yang terpapar asap rokok juga tinggi. Di tempat umum mencapai 85,4 persen, di rumah 78,4 persen, dan di tempat kerja mencapai 51,3 persen. Padahal, para perokok harus melindungi anggota keluarga di rumah terutama anak-anaknya.
Nafsiah Mboi menceritakan pengalamannya saat masih aktif menjadi dokter anak. Dia kerap mendapati bayi dan balita batuk-batuk. Sebagai dokter, dia langsung menanyakan apakah di rumah ada orang yang merokok di dalam rumah. Ternyata memang di rumah anak-anak tersebut, orangtuanya merokok.
“Orangtua yang merokok terutama bapak-bapak jika merokok di rumah sama saja kau bunuh anakmu sendiri. Rusak paru-paru anak-anak jika sering terhirup asap rokok. Mari bertanggungjawab jika tidak ke masyarakat, ke anak-anak sendiri,” ucapnya tegas.
Dampak rokok bisa panjang, selain masalah kesehatan juga prestasi. Menurutnya, prestasi olahraga Indonesia di kancah internasional tidak bisa berprestasi jika lingkungan penuh dengan asap.
Untuk mempersempit ruang gerak perokok, beberapa upaya sudah dilakukan dengan memperluas kawasan bebas rokok di tempat umum, tempat kerja, menaikkan cukai. Harapannya, agar Rancangan Undang-Undang (RUU) Tembakau bisa cepat disahkan. Masyarakat, kata Nafsiah, jangan terlalu menolerir para perokok. Jika ada perokok yang merokok di tempat umum atau di kawasan bebas rokok, harus berani menegur dan jangan takut.
“Masih banyak pihak yang berusaha menggagalkan RUU tembakau ini. Salah satunya ada demo yang disalahgunakan oleh industri rokok seolah-olah petani tembakau,” ujarnya.
Dia menambahkan, industri rokok terus memperkokoh usahanya di Indonesia. Dia terus berharap seluruh pihak bersatu dan serius prorakyat untuk melindungi rakyat terhadap dampak tembakau. “Industri rokok takut kehilangan keuntungan. Jangan serakah dan jangan mengorbankan rakyat. Hasil survei ini sudah sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Global Adults Tobacco Survey adalah survei yang dilakukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang telah dilaksanakan di 16 negara tentang penggunaan tembakau, pengetahuan publik mengenai tembaku, dan dampak tembakau bagi sosial, kesehatan, dan ekonomi di negara tersebut.
Di Indonesia, GATS dilaksanakan tahun 2011 sebagai survei rumahtangga pada orang dewasa berusia 15 tahun atau lebih oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Litbang Kesehatan. Semuanya di bawah koordinasi Kemenkes. Total sampel yang digunakan 8.994 rumah tangga dengan seorang individu terpilih untuk melengkapi informasi dalam survei di setiap rumahtangga.
Hasil survei juga menunjukan untuk membeli 20 batang rokok dibutuhkan Rp 12.719. Jika seluruh perokok mengeluakan uangnya untuk merokok, diperkirakan ada Rp 245, 4 triliun yang dihabiskan untuk merokok. Selain itu, sekitar 40 persen orang dewasa melihat informasi anti-merokok di televisi atau radio dan sekitar 50 persen melihat iklan pemasaran rokok di toko yang menjual rokok. Sekitar 80 persen melihat iklan dan promosi (di luar toko) dan sponsor rokok di acara olahraga. (lis)
Info Selengkapnya...